Arsip Blog

Empat Klasifikasi Penghuni Neraka


Allâh telah menciptakan neraka untuk empat golongan, yaitu orang kafir, musyrik, munafiq, dan ahli maksiat.

Golongan pertama adalah orang kafir. Allâh berfirman:

«فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ»

“Maka jagalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang telah disiapkan untuk orang-orang kafir.” [QS. Al-Baqarah [2]: 24]

Penghulu makhluk pertama yang kafir adalah iblis la’natullah ‘alaihi, yaitu ketika dia enggan sujud kepada Adam atas perintah Allâh ta’ala dan saat itulah dia dikafirkan oleh Allâh. Allâh menceritakan:

Read the rest of this entry

Jangan Mengagumi Mereka!


Oleh Brilly El-Rasheed

 

Allah Ta’ala berfirman,

{وَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَأَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ (85)} [التوبة: 85]

“Dan janganlah engkau kagum dengan harta dan keturunan yang mereka miliki, sesungguhnya Allah hendak menyiksa mereka dengannya di dunia dan membinasakan mereka, karena mereka kafir.” [QS. At-Taubah: 85]

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir mengisyaratkan untuk mengomparasikan dengan QS. Thaha: 131; Al-Mu`minun: 55-56. Ibnu ‘Asyur menjelaskan, hal-hal tersebut (yaitu harta dan keturunan) jangan menjadi kekaguman orang-orang beriman, jangan pula mengira orang-orang munafiq telah mendapatkan bagian dari kenikmatan-kenikmatan dunia karena hal-hal tersebut adalah sebab adzab mereka di dunia.

Ibnu ‘Asyur menegaskan, konteks ayat ini memang untuk Nabi, tapi sebetulnya pengajaran kepada umat. Dengan ungkapan lain, orang-orang beriman tidak layak kagum dengan harta yang dimiliki orang-orang munafiq dan kafir, juga dengan keturunan mereka.

Kenapa kita dilarang takjub dengan harta dan keturunan mereka? Karena hal itu bisa menumbuhkan perasaan hina dalam berislam dan merasa Islam itu menjadikan mereka tidak mulia, hal itu juga bisa memunculkan perasaan cinta kepada orang-orang munafiq dan kafir yang pada gilirannya akan menggiring kepada mengamalkan amalan-amalan kenifaqan dan kekufuran, asalkan bisa punya banyak harta dan keturunan yang membanggakan.

Unta Masuk Lubang Jarum


Unta Masuk Lubang Jarum

Oleh Brilly El-Rasheed

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ

Firman Allah ini kerapkali disalahartikan jika dipahami dengan analisis bahasa, orang kafir bisa dan berpeluang masuk surga jika unta bisa masuk ke lubang jarum. Pemahaman salah ini banyak dipegangi sebagian muslim lebih-lebih setelah adanya teori Black Hole dimana benda apapun sebesar apapun kalau tersedot masuk ke dalam Black Hole akan mengecil sekecil benang bahkan lebih kecil dari itu kemudian benda tersebut akan berpindah ke tempat lain dari semesta ini bahkan hingga lintas zaman dan dimensi. Dengan teori ini kemudian sebagian muslim mengutak-atik ayat tadi, bahwa kemustahilan unta masuk lubang jarum sekarang sudah terjawab jika unta tersedot ke dalam Black Hole dimana unta akan mengecil sekecil benang.

Pemahaman demikian jelas-jelas salah telak sebab para mufassir salaf (klasik) bahkan khalaf (kontemporer) sepakat orang kafir selama-lamanya tidak akan masuk ke dalam surga bagaimanapun juga.

Read the rest of this entry

Imani Taqdir! Maka Selamat dari Neraka


Oleh Brilly El-Rasheed

 

Dari Ubadah bin Shamit, ia bercerita, ayahku pernah memberitahuku, ia menceritakan, aku pernah masuk rumah Ubadah yang ketika itu sedang jatuh sakit. “Apakah dalam sakitmu ini engkau mengkhayalkan kematian?” Maka kujawab, “Wahai ayahku, berikanlah wasiat kepadaku dan berijtihadlah untukku.” Maka ia pun berujar, “Dudukkanlah aku.” Dan ketika orang-orang mendudukkannya, ia bertutur, “Wahai puteraku, engkau tidak akan pernah merasakan nikmatnya iman dan tidak akan sampai pada ilmu yang sebenarnya mengenai Allah Tabaraka wa Ta ‘ala sehingga engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk.” Lalu kutanyakan, “Wahai ayahku, bagaimana aku dapat mengetahui baik dan buruknya qadar (taqdir)?” Ia menjawab, “Engkau mengetahui bahwa apa yang menjadikan kamu bersalah bukan sebagai musibah bagimu. Dan musibah yang menimpamu bukan untuk menyalahkanmu. Wahai puteraku, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena). Kemudian Dia berfirman, ‘Tulislah. ‘ Maka pada saat yang sama berlaku pula apa yang telah tercipta sampai hari qiyamah. Wahai puteraku, jika engkau mati dalam keadaan tidak percaya pada hal itu, maka engkau masuk neraka.” [Diriwayatkan Abu Dawud, juz IV, hadits no. 4700. Imam Tirmidzi, juz V, hadits no. 3319. Imam Ahmad, juz V, hadits no. 317.]

Mari imani taqdir. Jangan karena himpitan musibah finansial kemudian kita berpikir Tuhan tidak adil, dan taqdir rizqi itu hanya omong kosong karena sukses kaya raya itu bisa diupayakan. Ini adalah pemikiran yang salah besar, dalam parameter Islam.

Makna Al-Ashaghir


Oleh Brilly El-Rasheed

 

Oleh Brilly El-Rasheed

 

Mungkin kita pernah mendengar ada sebagian da’i, muballigh, ustadz, ulama, kyai yang berceramah melarang ngaji kepada Al-Ashaghir. Ini harus kita patuhi karena memang berlandaskan kepada hadits Nabi. Sayangnya sebagian orang secara serampangan atau secara salah menjatuhkan gelar Al-Ashaghir kepada orang lain sehingga publik tidak ngaji kepadanya. Ini termasuk bagian dari boikot sekaligus fitnah. Karenanya kita jangan bermudah-mudahan melontarkan gelar Al-Ashaghir kepada orang lain, sebagaimana jangan pula kita melemparkan gelar kafir, ahli bid’ah, sesat kepada orang lain. Kita harus berhati-hati dan melakukan pengusutan secara mendalam dan penuh komprehensifitas. Berikut makna Al-Ashaghir menurut para syarih yang mu’tabar.

Dari Abi Umayyah Al-Jumahi, Rasulullah bersabda,

إِن مِنْ أشراطِ السَّاعة أنْ يُلْتَمَسَ العلمُ عِنْدَ الأصاغِرِ

“Sesungguhnya diantara indikasi qiyamah adalah dicarinya ilmu dari al-ashaghir.” [HR. Ath-Thabrani. Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3970]

Ath-Thabrani menjelaskan, “Dikatakan bahwa makna al-ashaghir adalah ahlul bid’ah.”

Ath-Thabrani juga meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, “Manusia tidak akan menjadi shalih dan kuat memegang teguh Islam kecuali mereka mendapatkan ilmu dari shahabat-shahabat Nabi Muhammad dan dari para akabir (senior/pembesar) mereka. Jika mereka mendapatkan ilmu dari para ashaghir mereka, maka mereka akan binasa.”

Sebagian ahli hikmah berkata, “Bergabunglah bersama para senior (dalam keilmuan terhadap Din) kalian agar kalian mulia. Jangan bergabung dengan para junior (ahli bid’ah), yang akan menjadikan kalian hina.

Untuk lebih mendalam, saya persilakan untuk membaca uraian Al-Munawi berikut dalam Faidh Al-Qadir.

2475 – (إن من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر) قال الطبراني عن بعضهم: يقال إن المراد الأصاغر من أهل البدع وأخرج الطبراني عن ابن مسعود لا يزال الناس صالحين متماسكين ما أتاهم العلم من أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم ومن أكابرهم فإذا أناهم من أصاغرهم هلكوا وقال بعض الحكماء: سودوا كباركم لتعزوا ولا تسودوا صغاركم فتذلوا وأخرج ابن أبي خيثمة من طريق مكحول عن أنس قيل يا رسول الله متى ينزعن الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر؟ قال: إذا ظهر فيكم ما ظهر في نبي إسرائيل إذا ظهر الادهان في خياركم والفحش في شراركم والملك في صغاركم والفقه في رذالكم وفي مصنف قاسم بن أصبغ بسند قال ابن حجر صحيح عن عمر: فساد الناس إذا جاء العلم من قبل الصغير استعصى عليه الكبير. وصلاح الناس إذا جاء العلم من قبل الكبير تابعه عليه الصغير وذكر أبو عبيدة أن المراد بالصغير في هذا صغير القدر لا السن