Empat Klasifikasi Penghuni Neraka


Allâh telah menciptakan neraka untuk empat golongan, yaitu orang kafir, musyrik, munafiq, dan ahli maksiat.

Golongan pertama adalah orang kafir. Allâh berfirman:

«فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ»

“Maka jagalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang telah disiapkan untuk orang-orang kafir.” [QS. Al-Baqarah [2]: 24]

Penghulu makhluk pertama yang kafir adalah iblis la’natullah ‘alaihi, yaitu ketika dia enggan sujud kepada Adam atas perintah Allâh ta’ala dan saat itulah dia dikafirkan oleh Allâh. Allâh menceritakan:

«وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ»

“Dan ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian semua kepada Adam.’ Maka, mereka semua bersujud kecuali iblis. Dia enggan dan sombong, sehingga dia termasuk golongan kafir.” [QS. Al-Baqarah [2]: 34]

Berikutnya adalah orang-orang Yahudi dan Nashrani (Kristen) yang dinamakan al-Qur`an sebagai ahli kitab. Allâh telah mengkafirkan mereka dalam al-Qur`an dan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya.

Tentang kekafiran orang Yahudi Allâh berfirman:

«لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ»

“Sungguh telah dilaknat orang-orang kafir Bani Isra`il lewat lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan mereka melampaui batas.” [QS. Al-Mâ`idah [5]: 78]

Tentang kekafiran orang Nashrani Allâh berfirman:

«لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ»

“Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allâh adalah bagian dari yang tiga. Padahal tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali ilah yang satu. Jika mereka tidak berhenti dari perkataan itu, sungguh orang-orang kafir dari mereka akan disentuh adzab yang pedih.” [QS. Al-Mâ`idah [5]: 73]

Nabi Isa ‘alaihissalam tidak ridha untuk disembah, bahkan semenjak awal beliau memperingatkan umatnya untuk hanya menyembah Allâh saja. Allâh menceritakan:

«لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ»

“Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allâh adalah al-Masih putra Maryam. Dan al-Masih berkata, ‘Wahai bani Isra`il, sembahlah Allâh Rabb-ku dan Rabb kalian.’” [QS. Al-Mâ`idah [5]: 72]

Di hari Kiamat nanti, akan terjadi dialog antara Allâh dengan Nabi Isa berkenaan dengan umatnya yang meyembah beliau. Nabi Isa ‘alaihissalampun mengingkari penyembahan umatnya dan berlepas diri dari mereka.

«وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ * مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ»

“Dan ingatlah ketika Allâh bertanya kepada Isa putra Maryam, ‘Apakah engkau dulu bertaka kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku sebagai tuhan selain Allâh?’ Dia menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku untuk berkata apa yang bukan menjadi hakku. Jika aku mengatakannya sungguh Engkau pasti tahu, karena Engkau tahu apa yang ada di dalam jiwaku sementara aku tidak tahu apa yang ada di dalam Jiwa-Mu. Sesungguhnya Engkau adalah mahatahu yang ghaib. Tidaklah aku katakan kepada mereka kecuali apa yang dulu Engkau perintahkan kepadaku, yaitu sembahlah Allâh Rabb-ku dan Rabb kalian. Aku menjadi saksi bagi mereka selama aku berada di tengah mereka. Tetapi ketika Engkau mewafatkanku, Engkau-lah yang mengawasi mereka, dan Engkau terhadap segala sesuatu maha menyaksikan.” [QS. Al-Mâ`idah [2]: 116-117]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya juga menegaskan akan kekafiran mereka para ahli kitab. Beliau bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ»

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak seorang pun dari kalangan umat Yahudi atau Nasrani ini yang mendengar ajaranku, kemudian ia mati tanpa mengimani risalahku, kecuali ia tergolong penghuni neraka.” [HR. Muslim (no. 153), Ahmad (no. 8203), Abu ‘Awanah (no. 307) dalam al-Mustakhrâj, Ibnu Mandah (no. 401) dalam al-Iman & (no. 149) dalam at-Tauhîd, dan al-Lalika`i (no. 2201) dalam Syarah Ushul I’tiqâd Ahli Sunnah wal Jamâ’ah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

Allâh telah mengkafirkan agama Yahudi dan Nashrani (Kristen) yang diturunkan kitab (Taurat dan Injil) dari langit, maka tentu agama Hindu, Budha, Konghucu, Sito, dan lain-lain banyaknya yang merupakan buatan manusia lebih layak untuk dikafirkan, setelah Islam datang yang dibawa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Golongan yang kedua adalah orang-orang musyrik. Allâh berfirman:

«إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ»

“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allâh, maka Allâh akan mengharamkan surga baginya, tempat kediamaannya adalah neraka. Itulah seburuk-seburuk tempat kembali.” [QS. Al-Mâ`idah [5]: 72]

Orang-orang musyrik adalah orang-orang yang diperangi Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam dari orang-orang Quraiys Makkah. Begitu juga orang-orang yang menyembah selain Allâh, baik bersamaan dengan itu dia juga menyembah Allâh atau tidak. Adapun orang-orang Quraisy yang diperangi Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya, mereka menyembah Allâh tetapi juga menyembah tuhan-tuhan lain selain Allâh seperti Hubal, Manat, Latta, Uzza, dan lain-lain.

Maka, sedekar menyakini bahwa Allâh adalah Penciptanya, Pemberi rezekinya dan Pengatur alam semesta, belum cukup memasukkannya kepada Islam. Buktinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat tetap memerangi mereka. Allâh berfirman:

«وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ»

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit-langit dan bumi?’ Maka mereka pasti akan menjawab, ‘Yang menciptakannya benar-benar Yang maha perkasa lagi maha mengetahui.’” [QS. Az-Zukhrûf [43]: 9]

«وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ»

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan diri-diri mereka?’ Maka mereka pasti akan menjawab, ‘Allâh!’” [QS. Az-Zukhrûf [43]: 87]

Dalam satu surat, Allâh mengumpulkan kekafiran orang Yahudi Nashrani (ahli kitab) dan orang musyrik dalam firman-Nya:

«إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ»

“Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik di neraka Jahannam kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk manusia.”[QS. Al-Baiyyinah [98]: 6]

Golongan ketiga adalah orang munafiq. Allâh berfirman:

«إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا»

“Sesungguhnya orang-orang munafiq berada di neraka yang paling dasar. Dan kamu tidak akan mendapatkan penolong pun untuk mereka.” [QS. An-Nisâ` [4]: 145]

Kemunafiqan di sini bukan kemunafiqan amali seperti apabila berbicara berdusta, apabila berjanji melanggar, dan apabila diberi amanah khianatkarena boleh jadi orang beriman melakukannya karena kelemahan imannya dalam keadaan masih beriman. Tetapi yang dimaksud di sini adalahnifaq i’tiqadi, maksudnya secara zhahir dia muslim tapi sebenarnya dia pura-pura masuk Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Untuk itu tempatnya di neraka lebih berat daripada ahli kitab dan penyembah berhala.

Namun, pada umumnya semua sifat yang disebutkan itu dimiliki orang munafik tulen. Mengenai sifat kemunafikan, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mengabarkan:

«آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ»

“Tanda orang munafik ada tiga, yaitu apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila diberi amanah khianat.” [Muttafaqun ‘Alaih:HR. Al-Bukhari (no. 33, I/16) dan Muslim (no. 59) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

Dalam kesempatan lain, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam menyebutkan 4 tanda:

«أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ»

“Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafiq tulen, dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga dia meninggalkannya. Yaitu, jika diberi amanat dia khianat, jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika berseteru curang.” [Muttafaqun ‘Alaih: HR. Al-Bukhari (no. 34, I/16) dan Muslim (no. 58) dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma]

Allâh subhanahu wa ta’ala berfirman:

«وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ»

“Dan orang-orang yang melanggar janji Allâh setelah diikrarkan dan memutus apa yang Allâh perintahkan untuk disambung serta berbuat kerusakan di bumi, mereka akan mendapatkan laknat dan bagi mereka tempat yang buruk.” [QS. Ar-Ra’du [13]: 25]

Abul Aliyah menafsirkan hadits dan ayat ini sebagai enam sifat kemunafikan:

هِيَ سِتُّ خِصَالٍ مِنَ الْمُنَافِقِينَ: إِذَا كَانَتْ فِيهِمُ الظَّهْرَة عَلَى النَّاسِ أَظْهَرُوا هَذِهِ الْخِصَالَ: إِذَا حَدَّثُوا كَذَبُوا، وَإِذَا وَعَدُوا أَخْلَفُوا، وَإِذَا اؤْتُمِنُوا خَانُوا، وَنَقَضُوا عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ، وَقَطَعُوا مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ، وَأَفْسَدُوا فِي الْأَرْضِ، وَإِذَا كَانَتِ الظَّهْرَةُ عَلَيْهِمْ أَظْهَرُوا الْخِصَالَ الثَّلَاثَ: إِذَا حَدَّثُوا كَذَبُوا، وَإِذَا وَعَدُوا أَخْلَفُوا، وَإِذَا اؤْتُمِنُوا خَانُوا

“Orang-orang munafiq mempunyai enam sifat. Jika mereka mempunyai pendukung di tengah-tengah mereka, mereka menampakkan enam sifat-sifat tersebut. Yaitu, [1] jika berbicara maka ia berbohong, [2] jika berjanji tidak menetapi, [3] jika dipercaya khianat, [4] mereka melanggar janji Allâh setelah diikrarkan, [5] memutuskan apa-apa yang Allâh perintahkan agar disambung, dan [6] berbuat kerusakan di bumi. Namun, jika mereka tidak punya pendukung, mereka menampakkan tiga sifat: [1] jika berbicara berbohong, [2] jika berjanji ingkar, [3] jika dipercaya khianat.” [Tafsîr Ibnu Katsîr (I/211)]

Tiga golongan pertama ini kekal di neraka selama-lamanya. Siapa yang meninggal dalam keadaan kafir, musyrik, atau munafiq, maka dia selamanya tidak akan beruntung karena kekal selamanya di neraka Jahannam.

Golongan terakhir adalah para pelaku maksiat dari kaum muslimin. Orang Islam manapun yang meninggal di atas keimanan dan tidak batal Islamnya pasti masuk surga, sebagaimana yang Allâh janjikan. Hanya saja, para pelaku maksiat dari mereka akan Allâh adili dengan dua kemungkinan kehendak-Nya: adakalanya Allâh mengampuninya karena rahmat-Nya dan adakalanya Dia mengadzabnya karena keadilan-Nya. Kalaupun dia masuk neraka tidak akan  kekal, suatu saat nanti akan dikeluarkan dari nereka dan dimasukkan surga. Inilah aqidah shahih Ahli Sunnah wal Jama’ah.

Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

«يَدْخُلُ أَهْلُ الجَنَّةِ الجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ. فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا، فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الحَيَا -أَوِ الحَيَاةِ- فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً»

“Penduduk surga masuk surga dan penduduk neraka masuk neraka. Kemudian Allâh berfirman, ‘Keluarkan dari neraka siapa saja yang di dalam hatinya ada keimanan meskipun seberat biji sawi. Mereka pun dikeluarkan darinya dalam keadaan telah menghitam. Lalu mereka diceburkan di sungai kehidupan. Mereka tumbuh seperti biji tumbuh di pinggir sungai. Tidakkah kamu lihat bahwa dia keluar berwarna kuning kemudaan?” [Muttafaqun ‘Alaihi: HR. Al-Bukhari (no. 22, I/13) dan Muslim (no. 184) dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu]

Imam ath-Thahawi berkata:

وَهُمْ فِي مَشِيئَتِهِ وَحُكْمِهِ إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ وَعَفَا عَنْهُمْ بِفَضْلِهِ كَمَا ذَكَرَ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ: «وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ» وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ فِي النَّارِ بِعَدْلِهِ ثُمَّ يُخْرِجُهُمْ مِنْهَا بِرَحْمَتِهِ

“Mereka berada di dalam kehendak dan hukum-Nya. Jika Dia berkehendak Dia mengampuninya dan memaafkannya dengan karunia-Nya sebagaimana yang disebutkan Allâh dalam Kitab-Nya, ‘Dan Dia mengampuni selain itu (syirik dan kufur) kepada siapa saja yang Dia kehendaki.’ [QS. An-Nisâ` [4]: 58 & 116] Dan jika berkehendak Dia akan mengadzabnya di neraka dengan keadilan-Nya, kemudian mengeluarkannya dari neraka dengan rahmat-Nya.” [Al-Aqîdah ath-Thahâwiyah (hal. 66)]

[Republish from abizurah.blogspot.com atas seizin penulis]

https://twitter.com/brillyelrasheed/status/534720555233337346

About quantumfiqih

Quantum Fiqih hanyalah sebuah rumus sederhana yang mencoba memudahkan untuk mempelajari Islam secara singkat namun mendalam.

Posted on 26 November 2014, in Fiqih 'Aqidah and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar